Pendidikan berasal dari kata didik yang memiliki arti bina, dan latih. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Kak Hendri, 2013 : 1).
Dalam buku Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Prof. Dr Muchlas Samani beserta Drs. Hariyanto, M.S. mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Suatu upaya proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah, untuk membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai kinerja, seperti kepedulian, kejujuran, kerajinan, keadilan (fairness), keuletan, dan ketabahan (fortitude), tanggung jawab, menghargai diri sendiri serta orang lain (Samani dan Hariyanto, 2012 : 43).
Potensi yang sudah ada dalam diri manusia kembali diasah dan dikembangkan secara maksimal sehingga akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang bermartabat. Potensi itu antara lain, potensi pikir, hati, rasa dan karsa, serta fisik (raga). Gabungan keempat potensi yang dimiliki oleh manusia itu akan menjadi nilai luhur dan perilaku berkarakter. Manusia yang berkarakter adalah manusia yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan rasa, kecerdasan dan kekuatan fisik, serta kemampuan mengaktualisasikan diri. Semua kemampuan dan berbagai potensi tersebut harus diolah agar manusia mampu memaksimalkan dirinya dan menjadi khalifah di muka bumi. Mengolah potensi pikir disebut olah pikir (intellectual development). Mengolah potensi hati disebut olah hati (spiritual and emotional development). Mengolah potensi rasa dan karsa disebut olah rasa dan karsa (affective and creativity development). Mengolah potensi fisik disebut olahraga dan kinestetik (physical and kinesthetic development).
Tujuan pengolahan ke empat potensi manusia tersebut antara lain :
1. Karakter yang bersumber dari olah hati, antara lain : beriman dan bertakwa, bersyukur, jujur, amanah, adil, tertib, sabar, disiplin taat aturan, bertanggung jawab, berempati, punya rasa iba (compasion), berani mengambil resiko, pantang menyerah, menghargai lingkungan, rela berkorban, berjiwa patriotik.
2. Karakter yang bersumber dari olah pikir, antara lain : cerdas, kritis, kreatif, inovatif, analitis, ingin tahu, produktif, berorientasi iptek, dan reflektif.
3. Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika, antara lain : bersih, sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, ceria, ulet, dan gigih.
4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa, antara lain : kemanusiaan, saling menghargai, saling mengasihi, gotong royong, kebersamaan, ramah, peduli, hormat, toleran, nasionalis, kosmopolitan, mengutamakan kepentingan umum, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja (Samani dan hariyanto, 2012).
Sumber :
1. Kak Hendri, 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Dongeng. Bandung, Simbiosa Rekatama Media
2. Samani, Muchlas., dan Hariyanto,M.S. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung, Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar